ABSTRAK
Kendala
dan keterbatasan yang dihadapi pembelajaran PKn di era globalisasi ini,
baik secara internal maupun secara ekstenal merupakan tantangan yang harus
segera mendapat perhatian dari para praktisi pendidikan Kewarganegaraan
terutama guru PKn di persekolahan. Maka dari itu
dalam proses pembelajaran harus dirancang suatu model pembelajaran yang mampu
mengembangkan seluruh potensi siswa agar memiliki kompetensi sebagai warga
Negara global . Sehingga Pendidikan Kewarganegaraan menjadi bersifat dan bermuatan
multidimensional yang menuntut adanya upaya pengembangan kurikulum dan pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan yang berorientasi pada konsep “contextual multiple intelligence” dalam nuansa lokal, nasional dan
global.
Model
pembelajaran yang dianggap mendukung dalam pembelajaran PKn, khususnya dalam
upaya mengembangkan kompetensi siswa melalui pembelajaran berbasis project citizen, karena dalam model ini bertujuan
untuk memotivasi dan memberdayakan para siswa dalam menggunakan hak dan
tanggung jawab kewarganegaraan yang
demokratis. Metode yang digunakan adalah metode
Quasi Eksperiment dengan desain “nonequivalent
control group pre-test dan post-test design.” Hasil penelitian
menunjukkan terdapat perbedaan pengembangan kompetensi warganegara di era
global antara pembelajaran PKn berbasis Project
Citizen dengan Pembelajaran PKn yang tidak berbasis Project Citizen baik dalam kompetensi pengetahuan warganegara,
watak warganegara dan keterampilan warganegara.
Kata Kunci
: pembelajaran PKn, Project Citizen,
warga negara global
A.
PENDAHULUAN
Dalam memasuki era globalisasi, pendidikan harus bergeser ke
arah pendidikan yang berwawasan global. Dari perspektif kurikuler pendidikan
berwawasan global berarti menyajikan kurikulum yang bersifat interdisipliner,
multidisipliner, dan transdisipliner. Hal ini dikarenakan dengan wawasan
perspektif global kita dapat menghindarkan diri dari cara berpikir sempit dan
terkotak-kotak oleh batas subyektif primordial (lokalitas) seperti perbedaan
warna kulit, ras, nasionalisme yang sempit, sehingga pemikiran kita lebih
berkembang.
Somantri (2001:190) menegaskan pentingnya pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang berorientasi global, dengan menampilkan pendidikan
global (global education). Lebih
lanjut beliau mengatakan,
…dinamika
masyarakat dan globalisasi sangat dirasakan terutama bahan ajar yang selama ini
terlalu menitikberatkan kepada teori-teori dan non-functional knowledge. Isi bahan ajar seperti itu, praktis tidak
dapat memperkaya atau menyesuaikan diri dengan dinamika masyarakat dan derasnya
globalisasi dalam teori maupun gejala dan masalah-masalah kemasyarakatan yang
berhubungan satu sama lain.
Kecenderungan global menurut Wahab (2006) secara umum
meliputi : “the global economy, technology and comunication dan population
and environment.”
Berdasarkan pendapat di
atas, kiranya dapat dikemukakan sejumlah tema atau isu global yang menjadi
perhatian penting bagi pembaharuan konsep Pendidikan Kewarganegaraan. Adanya
isu global ini tidak dapat dilepaskan dan menjadi bagian penting dari Pendidikan
Kewarganegaraan dewasa ini. Sebagaimana dikatakan oleh Cogan & Derricot
(1998) bahwa “... that current modes of educating for citizenship will
not be sufficient as we enter a new century. They require that citizen be able
to focus upon many diverse elements, issues dan contexts simultaneously ...”.
Hal ini mengandung makna bahwa konsep Pendidikan Kewarganegaraan sekarang ini
dianggap tidak cukup bagi warganegara untuk memasuki abad baru. Warganegara
memerlukan kemampuan untuk menanggapi dan menfokuskan diri pada elemen-elemen yang
beragam, berbagai isu dan konteks global. Namun
tetap memegang teguh jati diri bangsa, mempertahankan nilai-nilai kepribadian
bangsa sebagai bangsa yang bermartabat. Selalu berupaya untuk meningkatkan
kecintaannya terhadap tanah air dan bangsa dengan menunjukkan sikap dan
karakter yang baik yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa. Maka di
tengah-tengah kehidupan global ini diperlukan kompetensi warganegara yang
unggul, yaitu kemampuan warganegara yang dapat mengangkat citra bangsa dan
mengharumkan nama baik negaranya.
Selanjutnya
Branson (1998: 8-25) menegaskan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan dalam menghadapi era globalisasi hendaknya
mengembangkan civic competences
(kompetensi kewarganegaran). Adapun aspek-aspek civic competences tersebut terdiri dari pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan
kewarganegaraan (civic skills), dan
watak atau karakter kewarganegaraan (civic
disposition).
Wahab (2006) menyatakan bahwa hal-hal yang dianggap
berpengaruh terhadap konsep pendidikan kewarganegaraan diantaranya adalah 1)
gagalnya konsep pendidikan kewarganegaraan di masa lalu, 2) terjadinya
perubahan sistem politik, 3) perubahan atribut warganegara , 4) pengaruh
kecenderungan global dan 5) kecenderungan global pendidikan kewarganegaraan
untuk demokrasi.
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran
yang mempunyai misi mewujudkan good and smart citizen sudah semestinya
dapat mengembangkan kompetensi siswa secara terintegrasi baik itu knowledge,
skills maupun disposition (Branson, 1999). Namun, setelah sekian
lama pembelajaran PKn maupun dengan nama lain yang berbeda dimasukan menjadi
pelajaran wajib
di
persekolahan, pembelajaran PKn masih kurang mengembangkan aspek skills dan
disposition. Hal tersebut dapat dilihat dari kendala-kendala dan
keterbatasan yang dihadapi pembelajaran PKn sebagaimana dikemukakan oleh
Budimansyah (2009: 21) seperti: (1) masukan instrumental (instrumental
input) terutama yang berkaitan dengan kualitas guru/dosen serta
keterbatasan fasilitas dan sumber belajar, dan (2) masukan lingkungan (environmental
input) terutama yang berkaitan dengan kondisi dan situasi kehidupan politik
negara yang kurang demokratis. Dengan demikian, pelaksanaan Pendidikan
Kewarganegaraan tidak mengarah pada misi yang ideal. Argumentasi di atas
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kerr (1999:5-7), bahwa pembelajaran PKn di
Indonesia mencerminkan kategori minimal yang hanya mewadahi aspirasi tertentu, berbentuk
pengajaran kewarganegaraan, bersifat formal, terikat oleh isi, berorientasi
pada pengetahuan, menitikberatkan pada proses pengajaran dan hasilnya mudah
diukur.
Dari
pemaparan tersebut, dapat kita ketahui bahwa selama ini proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan lebih menekankan aspek kognitif dibandingkan dengan
aspek afektif. Seharusnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi 3
(tiga) aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Jauhnya perilaku siswa
dari isi pesan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Wahab (1999:2) menunjukkan
kurang efektifnya pembinaan nilai-nilai moral di sekolah. Bahkan dalam kasus
yang lebih besar, yakni berbagai krisis yang dialami Indonesia dewasa ini disebabkan
adanya degradasi moral nampaknya bersumber pada kesalahan pendidikan di masa
lalu.
Maka dari itu dalam proses pembelajaran harus
dirancang suatu model pembelajaran dimana siswa harus mampu mengembangkan
seluruh potensinya agar menjadi warganegara yang berakhlak mulia, cerdas,
partisipatif, demokratis dan bertanggung jawab, sehingga perlu dikembangkan suatu proses pembelajaran
yang humanistik dimana suasana
belajar mengajar bersifat kekeluargaan, hangat dan terbuka (Djahiri,
1985). Lebih lanjut Djahiri (2002:93) mengemukakan bahwa:
Salah satu
pembaharuan dalam Pendidikan Kewarganegaraan ialah pola/strategi
pembelajarannya, dimana siswa bukan hanya belajar tentang hal ihwal (materi
pembelajaran) Pendidikan Kewarganegaraan melainkan juga belajar ber-Pendidikan
Kewarganegaraan atau praktek, dilatih uji coba dan mahir serta mampu membakukan
diri, bersikap perilaku sebagaimana isi pesan Pendidikan Kewarganegaraan.
Hal
ini sejalan dengan pendapat Cheng dalam Winataputra dan
Budimansyah (2007: 3) bahwa kurikulum dan pembelajaran yang perlu
dikembangkan untuk abad ke-21 ini seyogyanya mengembangkan visi “globalization, localization, and
individualization for multiple intelligence”. Visi tersebut
pada dasarnya terpusat
pada pengembangan “learning intelligence” dalam
dimensi-dimensi “social, cultural,
political, economic, and technological intelligences”, sebagaimana dikenal
secara utuh dalam “Pentagon Theory of
Contextualized Multiple Intelligence”. Sehingga Pendidikan Kewarganegaraan menjadi bersifat dan
bermuatan multidimensional yang menuntut adanya upaya pengembangan kurikulum
dan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang berorientasi pada konsep “contextual multiple intelligence” dalam
nuansa lokal, nasional dan global.
Model pembelajaran yang dianggap mendukung dalam
pembelajaran PKn, khususnya dalam upaya mengembangkan kompetensi siswa melalui
pembelajaran berbasis project citizen,
karena model ini bertujuan untuk memotivasi dan memberdayakan para siswa dalam
menggunakan hak dan tanggung jawab kewarganegaraan yang demokratis, sehingga siswa dilatih untuk
menerapkan sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi yang berlaku di masyarakat
dan negara serta diharapkan siswa dapat melaksanakan segala aktivitasnya dengan
baik.
Project
citizen sebagai suatu inovasi pembelajaran yang dirancang
untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar
praktik-empirik yang dapat mendorong kompetensi, tanggung jawab, dan partisipasi
peserta didik, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan publik (public policy), memberanikan diri untuk berperan
serta dalam kegiatan antar siswa, antar sekolah, dan antar anggota masyarakat.
Dengan demikian, penggunaan model project citizen, dapat lebih memotivasi
belajar siswa, karena strategi instruksional yang digunakan dalam model ini
menurut Budimansyah (2009:23) bertolak dari strategi “inquiry learning, discovery learning, problem solving learning,
research oriented learning”. Sehingga pembelajaran ini sesuai dengan pendapat
Somantri (2001:225), bahwa “untuk meningkatkan keberhasilan dalam pendidikan
moral hendaknya dalam topik-topik
tertentu digunakan pendekatan metode penyampaian yang berorientasi pada field psychology, pendekatan pemecahan
masalah dan metode inkuiri.” Selanjutnya dijelaskan pula tentang perlunya
“hidden curriculum” agar seluruh program di sekolah dan masyarakat memberikan
sumbangan dalam meningkatkan keberhasilan pendidikan moral, dimana pembelajaran
project citizen sebagai model adaptif
paradigma baru dalam PKn yang memiliki muatan pendidikan nilai moral.
Maka anggapan
siswa selama ini tentang pelajaran PKn yang tidak menarik dan membosankan sedikit
demi sedikit menjadi hilang. Kesan tersebut tentunya bukan tanpa alasan, jika
dipandang dari proses pembelajaran hal ini timbul mungkin diakibatkan secara
substansif mata pelajaran PKn kurang menyentuh kebutuhan siswa atau cara
penyajiannya tidak membangkitkan minat belajar siswa (Wahab,2006 : 26).
Berdasarkan pemikiran diatas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan sebuah penelitian mengenai pengaruh pembelajaran PKn berbasis project citizen terhadap pengembangan kompetensi
warganegara di era global. Dengan
memperhatikan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian untuk
menemukan”Bagaimana
perbedaan kompetensi warganegara siswa di
era global pada kelas pembelajaran PKn berbasis project citizen dengan kelas
pembelajaran PKn tidak berbasis project citizen?”
Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan, menganalisis dan mengkaji secara mendalam pengaruh Pembelajaran
PKn berbasis Project Citizen terhadap
pengembangan kompetensi warganegara di era global. Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis dan menemukan : Perbedaan
yang positif signifikan pengembangan kompetensi warganegara, yang terdiri dari
pengetahuan warganegara, watak warganegara dan keterampilan warganegara di era global dengan pembelajaran PKn berbasis project citizen dan pembelajaran PKn
yang tidak berbasis project citizen.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi
eksperimen, adapun desain eksperimen yang peneliti lakukan adalah Pretest-Posttest,
Non-Equivalent Control Group Design.
Secara
teoritis penelitian
ini berguna untuk memberikan sumbangan
pemikiran atau bahan kajian dalam pendidikan terutama mengenai pengaruh pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan berbasis project citizen terhadap pengembangan kompetensi warganegara di era global. Secara
praktis hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam penelaahan secara
kritis tentang pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berbasis project citizen terhadap pengembangan kompetensi
warganegara di era global. Sedangkan dari segi isu serta aksi sosial penelitian
ini dapat dijadikan referensi untuk menambah wawasan keilmuan sekaligus sebagai
stimulus untuk menggugah kesadaran warganegara
dalam mengembangkan kompetensi warganegara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara di era global.
B.
Landasan
Teori
1. Pembelajaran PKn berbasis Project Citizen
Menurut Patrick (2002 : 1) Pendidikan
Kewarganegaraan diartikan sebagai “…
the teaching of knowledge, skills, and dispositions
needed to become a responsible and effective citizen of a representative and
constitutional democracy.”. Hal itu
dapat diartikan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan itu adalah proses pembelajaran
dalam membelajarkan pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan-keterampilan
kewarganegaraan, dan watak-watak kewarganegaraan dalam upaya menjadikan
warganegara yang efektif dan bertanggungjawab dalam demokrasi perwakilan dan
konstitusional.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
pembelajaran PKn berbasis Project Citizen
adalah kegiatan pembelajaran dalam PKn yang
berbasis masalah (social issues or problems) bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills),
watak (disposition) warga negara yang demokratis dan memungkinkan
dan mendorong partisipasi dalam pemerintahan dan masyarakat sipil yang
beradab. Prinsip pembelajaran project citizen adalah belajar siswa
aktif (student active learning), kelompok belajar kooperatif (cooperative
learning), pembelajaran partisipatorik, dan mengajar yang reaktif (reactive
teaching).
Branson dalam Budimansyah (2009: 17-19)
mengemukakan bahwa dasar pemikiran Project
Citizen terletak pada satu kerangka yang terdiri atas lima bagian tentang
gagasan pendidikan dan politik. 1), demokrasi memerlukan pemerintahan sendiri
dan karenanya memerlukan keterlibatan aktif dan berpengetahuan warga negara
dalam kehidupan berwarga negara. 2), para siswa harus belajar bagaimana menjadi
terlibat dalam kehidupan berwarga negara dengan terlibat di dalamnya. 3),
karena para siswa tersebut menggali masalah-masalah yang ada di komunitas
mereka sendiri. 4) Project Citizen
dimaksudkan untuk diterapkan terutama oleh para siswa sekolah menengah atau
usia-usia remaja pradini (berusia sekitar 10-15 tahun. 5) Project Citizen menganggap kaum muda sebagai sumber
kewarganegaraan..
Paket pembelajaran ini dikembangkan atas dasar
pendekatan “Reflective Inquiry” dengan menggunakan
langkah-langkah: “Identifying public policy problems in your
community, Selecting a problem for class study, Gathering information on
the problem your class will study, Developing a class portfolio, reflecting
on your learning experience” (CCE: 1998a). Sedangkan tujuan yang ingin
dicapai dengan paket pembelajaran itu adalah “providing the knowledge and
skills
required for effective participation providing practical experience designed
to
foster a sense of competence and efficacy, and developing and understanding of
the
importance of citizen participation” (CCE, 1998a:7). Titik
berat dari paket pembelajaran ini adalah keterlibatan siswa dalam keseluruhan
proses, dan dengan proses itu siswa difasilitasi untuk mendapatkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
Budimansyah (2009: 23) menjelaskan bahwa strategi instruksional yang digunakan dalam model
ini, pada dasarnya bertolak dari strategi “inquiry learning, discovery learning,
problem solving learning, research-oriented learning,” yang dikemas dalam
model “project” ala John Dewey, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi masalah kebijakan publik dalam masyarakat, 2) Memilih suatu
masalah untuk dikaji oleh kelas, 3) Mengumpulkan informasi yang terkait pada
masalah itu, 4) Mengembangkan portofolio kelas, 5) Menyajikan portofolio, 6) Melakukan
refleksi pengalaman belajar.
2. Kompetensi Warga Negara Global
Pendidikan Kewarganegaraan dalam paradigma baru
mengusung tujuan utama mengembangkan “civic competences” yakni civic knowledge (pengetahuan dan wawasan
kewarganegaraan), civic dispositions (nilai,
komitmen, dan sikap kewarganegaraan), dan civic skills (perangkat keterampilan
intelektual, sosial, dan personal kewarganegaraan) yang seyogyanya dikuasai
oleh setiap individu warga negara (Winataputra, 2001:317-318). Ketiga komponen
tersebut Secara konseptual dan teoritik sejak tahun 1994 telah diajukan
oleh Center
for Civic Education dalam National
Standards for Civics and Government. (Branson, 1999:8-25).
Branson (1998 : 16) menjelaskan lebih lanjut bahwa
kompetensi kewarganegaraan itu yaitu:
1) Civic
knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), berkaitan dengan kandungan atau
apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara; 2) Civic skill (kecakapan
kewarganegaraan), adalah kecakapan intelektual dan partisipatoris warga negara
yang relevan; dan 3) Civic disposition (watak kewarganegaraan) yang mengisyaratkan
pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan
pengembangan demokrasi konstitusional.
Makna warga Negara
global atau global citizen dan fellow
global citizenship, Wahab dan Sapriya (2008 : 231) menjelaskan sebagai upaya
untuk mendorong warga Negara agar memiliki perspektif global. National
Council for Accreditation of Teacher Education mendefinisikan
perspektif global sebagai “the viewpoint
that accepts the interdependency of nations and peoples and the interlinkage of
political, economic, ecological and social issues of a transnational and global
nature” Perspektif global ini bertujuan untuk mensosialisasikan sekelompok
orang sehingga unsur-unsur dalam perspektif global itu dapat dipahami oleh
kelompok orang tersebut.
Wang (1999) dalam
Wahab dan Sapriya ( 2008:232) mengemukakan istilah “international citizen” sebagai istilah lain untuk warga global,
didefinisikan sebagai berikut :
The
International citizen is a natural conduit for intercultural understanding of
justice, liberty and peace ; peace that is essential and truly indispensable to
the dignity of all people if nations are to fulfil the spirit of humanitarian
mutual caring, understanding and assistance.
Penggunaan istilah internasional tersebut memiliki
makna konotasi politis, pemahaman
antarbudaya tentang konsep keadilan, kebebasan dan perdamaian merupakan
nilai-nilai dasar yang seyogyanya dikembangkan dan menjadi landasan dalam
meningkatkan semangat kebersamaan antarsesama umat manusia, saling perhatian,
pengertian dan tolong menolong. Selanjutnya Richard Remy dalam Wahab dan
Sapriya (2008:234), mengidentifikasi sejumlah prosedur agar kompetensi warga
internasional itu dapat dikuasai dan menyatu dalam diri setiap warga adalah : 1) acquiring and using information, 2)
Assesing involvement, 3) Making decision, 4) Making judgement, 5)
Communicating, 6) Cooperating dan 7) promoting interest.
Adapun yang dimaksud
dengan kompetensi warga Negara global dalam penelitian ini adalah kemampuan
dasar sebagai ciri atau karakteristik warga Negara dalam mengatasi
tantangan-tantangan yang akan dihadapi di awal dekade abad ke-21. Sementara
itu Cogan dan Derricott (1998:116) dalam Budimansyah dan Suryadi (2008: 39)
menjelaskan tentang karakteristik sebagai sifat dan ciri dari warga Negara yang
sukses selama fase pertama abad ke-21 dan memberikan dasar bagi model pijakan
peneliti, yang terdiri dari delapan karakteristik, yaitu :
a)
Kemampuan untuk melihat
dan mendekati masalah sebagai anggota
masyarakat global
b)
Kemampuan bekerja
sama dengan yang lain dengan cara yang kooperatif dan menerima tanggung jawab
atas peran/tugasnya di dalam masyarakat
c)
Kemampuan memahami,
menerima, menghargai dan dapat menerima perbedaan budaya
d)
Kapasitas berpikir
dengan cara yang kritis dan sistematis
e)
Keinginan untuk
menyelesaikan konflik dengan cara tanpa kekerasan
f)
Keinginan untuk
mengubah gaya hidup dan kebiasaan konsumtifnya untuk melindungi lingkungan
g)
Kemampuan bersikap sensitif
dan melindungi hak asasi manusia
h)
Keinginan dan
kemampuan untuk ikut serta dalam politik pada tingkat lokal, nasional dan
internasional
Karakteristik itu menunjukkan contoh dunia sebagai
tempat tinggal warga Negara yang semakin saling berhubungan, di mana
persoalan-persoalan yang mempengaruhi kehidupan orang bersifat global dan
bersifat antarbudaya, maka konsep kewarganegaraan menjadi semakin kompleks.
3. Keterkaitan Pembelajaran PKn Berbasis Project Citizen dengan Kompetensi Warga
Negara Global
Perkembangan “citizenship education” dan “civic education” dalam konteks pendidikan demokrasi secara
historis-epistemologis tak dapat dihindarkan dari kecenderungan globalisasi dan
gerakan demokratisasi yang semakin mendunia. Hasil analisis Branson
(Winataputra, 2007:2) yang menyatakan bahwa “Globalization
and its potential for advancing or inhibiting human rights and democracy is
more than a subject for debate among academics. This powerfull force is
affecting the lives of individuals no matter where in this earth they live.”
Pendapat Branson
tersebut mengandung makna bahwa globalisasi dengan segala potensi yang
memungkinkan berkembangnya atau tertundanya proses demokrasi dan pemajuan hak
asasi manusia, lebih dari sekedar wacana akademik. Kekuatan yang lebih dahsyat
adalah bahwa globalisasi itu akan mempengaruhi kehidupan manusia di mana pun ia
hidup. Sehingga dalam konteks
globalisasi ini perlu dikembangkan program pendidikan yang mampu
mengakomodasikan semua kecenderungan dari proses globalisasi itu. Hal ini
sesuai dengan pendapat Parker, Ninomiya, dan Cogan (1999) dalam Winataputra
(2007:2-3), yaitu “....a curriculum
geared to the development of “world citizens” who are capable of dealing with
the crises”, yang berarti bahwa kurikulum yang diarahkan pada pengembangan
warga dunia yang mampu mengelola krisis.
Dalam menjawab
tantangan, kendala serta keterbatasan yang dihadapi Pembelajaran PKn baik
secara internal yang berupa kendala
kurikuler dalam mata pelajaran PKn itu sendiri maupun secara eksternal yang
dihadapkan pada berbagai persoalan dan situasi global yang berkembang cepat,
maka perlu dilakukan revitalisasi PKn agar menjadi “subjek pembelajaran yang
kuat” (powerful learning area). Salah satu model adaptif untuk melakukan
revitalisasi PKn yaitu melalui Praktek Belajar Kewarganegaraan Project Citizen, yaitu model pembelajaran
yang dikembangkan pertamakali di California Amerika Serikat pada tahun 1992
yang dikenal dengan We the People
...Project Citizen, yang kemudian dikembangkan lebih luas secara nasional
oleh Center for Civic Education (CCE) dan the National Conference of State
Legislatures pada tahun 1995.
Secara pedagogis model
pembelajaran Project Citizen dirancang
untuk memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik, langkah-langkah dan
metode yang digunakan di dalam proses politik. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengembangkan komitmen peserta didik terhadap kewarganegaraan dan pemerintahan
dengan cara memfasilitasii peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan agar dapat berpartisipasi secara efektif dan
bermakna, memberikan pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan
kompetensi kewarganegaraan yang demokratis, mengembangkan pemahaman tentang
pentingnya partisipasi warga Negara secara demokratis. Misi model ini adalah mendidik peserta didik
agar mampu untuk menganalisis berbagai dimensi kebijakan publik, dan kemudian
dengan kapasitasnya sebagai “young
citizen” atau warga negara muda yang cerdas, kreatif, partisipatif,
prospektif dan bertanggung jawab, agar member masukan terhadap kebijakan di
lingkungannya. (Winataputra dan Budimansyah, 2007: 254)
Dengan memperhatikan
pernyataan di atas, maka pembelajaran PKn dengan berbasis Project Citizen memiliki implikasi yang positif terhadap
pengembangan kompetensi peserta didik sebagai warga Negara di era global dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara dan pergaulan dunia internasional.
C.
Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu
kuantitatif dan kualitatif dengan pola the dominant-less dominant design dari
Cresswell (1994:177). Bagian pertama dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif, dan langkah selanjutnya menggunakan paradigma tambahan
dengan pendekatan kualitatif untuk pendalaman dalam penelitian ini. Pada tahap
ini ditambahkan metode wawancara dan observasi. Desain penelitian yang dimaksud
terdiri dari satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Penelitian ini
dimulai dengan adanya pretest sebelum perlakuan diberikan. Karena adanya
pretest, maka pada desain penelitian tingkat kesetaraan kelompok turut
diperhitungkan. Pretest dalam desain penelitian ini juga dapat digunakan untuk
pengontrolan secara statistik (statistical control) serta dapat
digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap capaian skor (gain score).
Post tes diberikan setelah pelaksanaan perlakuan diberikan pada kelas
eksperimen, namun post tes diberikan juga pada kelas kontrol.
Teknik analisis data yaitu dilakukan dengan:
menyeleksi data, menentukan bobot nilai, melakukan analisis secara deskriptif,
dan pemeriksaan distribusi populasi data sampel. Uji hipotesis dilakukan dengan
uji beda Mann Whitney.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat, yang menjadi
sampelnya adalah kelas IX B sebagai kelas kontrol, dan kelas
IX A sebagai kelas eksperimen.
Instrumen yang digunakan
dalam mengumpulkan data adalah Lembar Angket, Pedoman
Observasi, Pedoman Wawancara, Studi
literatur.
D.
Hasil
Penelitian
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis yang telah dilakukan terbukti terdapat perbedaan kompetensi
warganegara di era global pada siswa antara kelas yang
melaksanakan pembelajaran PKn berbasis Project
Citizen dengan kelas yang tidak melaksanakan pembelajaran PKn berbasis Project Citizen. Selanjutnya pernyataan
tersebut dapat diketahui dari pembahasan berikut :
a.
Perbedaan kompetensi warganegara di
era global pada siswa yang melaksanakan pembelajaran PKn berbasis Project
Citizen dengan
kelas yang tidak melaksanakan pembelajaran PKn berbasis Project Citizen.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang pertama dengan nilai sig.2-tailed 0,000 <
0,05
maka adanya perbedaan yang positif signifikan pengembangan
kompetensi warganegara di era global antara pembelajaran PKn berbasis project citizen dengan pembelajaran PKn
yang tidak berbasis project citizen. Hal
ini membuktikan bahwa pembelajaran PKn
berbasis project citizen memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pengembangan kompetensi warganegara
global dibandingkan dengan pembelajaran PKn yang tidak menerapkan project citizen, sesuai hasil pengujian korelasi hubungan
antara variabel X dengan variabel Y memiliki hubungan positif dengan katagori cukup
kuat, hal ini bisa dilihat dari besaran nilai korelasi dari masing masing
variabel sebesar 0,239 (Y1), 0,249 (Y2) dan 0,420 (Y3).
Didukung pula oleh hasil pengujian
hipotesis yang pertama ini dengan nilai statistik uji Z yang kecil
yaitu -4,418 dan nilai sig.2-tailed
adalah 0,000 < 0,05.
Maka hasil penelitian
ini menunjukkan implementasi dari makna Pendidikan Kewarganegaraan sesuai
dengan pendapat Kerr bahwa Citizenship or
Civic Education mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil
peran dan tanggung jawabnya sebagai warganegara, dan secara khusus, peran
pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran, dan belajar dalam
proses penyiapan warganegara. Sehingga
melalui pembelajaran PKn berbasis Project
Citizen ini mampu mengembangkan kompetensi warganegara
dalam mengahadapi kehidupan global, karena citizenship
education mencakup ”all
positive influence which are intended to shape a citizens view to his role in society” (NCSS). Bahwa
PKn
mencakup semua pengaruh
positif yang membentuk warganegara
dalam perannya di
masyarakat.
Pembelajaran ini
merupakan salah satu upaya pembangunan karakter bangsa berlandaskan nilai-nilai
Pancasila. Berkaitan dengan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi yang
sesuai dengan sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan”, maka dalam pembelajaran PKn berbasis Project Citizen ini dalam berbagai tahapan
kegiatan pembelajaran mengandung nilai-nilai pengembangan sikap dan perilaku
yang demokratis. Hal ini nampak
berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa berdasarkan
langkah-langkah pembelajaran Project
Citizen, yaitu 1), mengidentifikasi
masalah. 2) memilih masalah 3),
mengumpulkan informasi. 4), menyusun
portofolio. 5) aktivitas show case atau
penyajian portofolio. 6), refleksi pengalaman belajar.
Implementasi pembelajaran
PKn berbasis project citizen ini
juga mengembangkan pendidikan
demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan
warganegara (civic intelegence), membina tanggung jawab warganegara (civic
responsibility) dan mendorong partisipasi warganegara (civic
participation).
Pembelajaran PKn yang berbasis Project Citizen ini
merupakan proses pembelajaran dalam membelajarkan pengetahuan warganegara, keterampilan-keterampilan warganegara, dan watak-watak warganegara dalam upaya menjadikan warganegara yang efektif dan
bertanggungjawab dalam demokrasi perwakilan dan konstitusional.
Kompetensi
warganegara di era global pada siswa juga lebih
baik melalui Pembelajaran PKn dengan berbasis Project Citizen dibandingkan dengan pembelajaran lainnya pada penelitian ini dengan perbedaan nilai mean kelas eksperimen 40,37
dan kelas kontrol adalah 20,63. Hal ini dikarenakan model
pembelajaran yang berbasis Project
Citizen ini memiliki beberapa prinsip dasar seperti yang dikemukakan oleh
Budimansyah (2002: 8) yaitu: 1), prinsip
belajar siswa aktif (student active
learning) 2) kelompok belajar kooperatif (cooperative learning). 3) pembelajaran partisipatorik. 4) mengajar
yang reaktif (reactive teaching). 5) democratic learning
Pembelajaran PKn dengan
berbasis Project Citizen dapat mengembangkan kompetensi warganegara
di era global hal ini berkaitan dengan pendapat Patrick (1997) bahwa terdapat trend global yang memiliki potensi luas untuk
mempengaruhi pendidikan kewarganegaraan dalam demokrasi konstitusional dunia, yaitu : a) membuat konsep
pendidikan kewarganegaraan yang
memuat tiga komponen yang saling terkait dari pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan
kewarganegaraan dan kebajikan kewarganegaraan
b) konsep
pengajaran yang Sistematis
tentang inti pemerintahan demokrasi dan kewarganegaraan, c) analisis studi
kasus oleh siswa untuk menerapkan konsep-konsep atau prinsip pokok, d) pengembangan
keterampilan pengambilan keputusan, e) perbandingan serta analisis
pemerintahan dan kewarganegaraan internasional, f) pengembangan keterampilan partisipatif
dan kebajikan kewarganegaraan melalui kegiatan
belajar kooperatif,
g) penggunaan literatur untuk mengajarkan kebajikan kewarganegaraan, h) pembelajaran
aktif dalam keterampilan, pengetahuan
dan kebajikan
kewarganegaraan, i) hubungan antara konten dan proses
belajar mengajar mengenai
pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan kewarganegaraan dan kebajikan kewarganegaraan.
b.
Perbedaan kompetensi pengetahuan warganegara
di era global pada siswa yang melaksanakan pembelajaran PKn berbasis Project
Citizen dengan
kelas yang tidak melaksanakan pembelajaran PKn berbasis Project Citizen.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang kedua dengan nilai statistik uji Z yang kecil
yaitu -3,056 dan nilai sig.2-tailed adalah 0,002 < 0,05. Maka adanya perbedaan yang positif signifikan pengembangan kompetensi pengetahuan warganegara
di era global antara pembelajaran PKn
berbasis project citizen dengan
pembelajaran PKn yang tidak berbasis project
citizen. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran PKn berbasis
project citizen memberikan
pengaruh yang lebih baik terhadap
pengembangan kompetensi pengetahuan warganegara
dibandingkan dengan pembelajaran PKn yang tidak menerapkan project citizen, didukung
pula dengan hasil pengujian nilai
rata-rata (Mean) dari 30 data kelas
ekperimen dan 30 data kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata atau mean kelas
eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol (37,30>23,70).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran Project Citizen dapat mengembangkan kompetensi pengetahuan warganegara di era global karena pembelajaran
ini sebagai perwujudan dari teori pembelajaran konstruktivisme yang berpendapat bahwa belajar
merupakan proses mandiri peserta didik secara aktif untuk membangun gagasan
baru atau konsep baru berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya sekarang, proses
belajar harus berbasis paradigma belajar “berpusat pada siswa” (student centered). Siswa tidak hanya
menerima materi pelajaran dari guru saja, tetapi dari berbagai sumber dengan
berbagai pengalaman belajar. Siswa mencari sumber belajar sendiri dari
buku-buku, koran, majalah, internet, televisi, nara sumber yang diwawancara
atau pun melakukan observasi, sehingga pengetahuan siswa bertambah banyak
dengan kemampuan mengingat lebih lama karena mereka yang mencari sendiri dan
mengalami sendiri proses pembelajaran (learning
experience). Siswa belajar melalui pengalamannya sendiri karena mereka terlibat secara langsung dalam
masalah atau isu yang sedang mereka pelajari sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna (meaningfull learning)
karena konsep-konsep baru yang mereka temukan dari berbagai informasi tersebut
dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif
siswa, dengan demikian siswa
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui pengalamannya.
Selain itu menurut
Djahiri (2002:6-7) model Project Citizen bersifat : (1) aktif dan meaningfull,
(2) Inquiry learning atau problem solving, (3) Integrated Learning,
pembelajaran ini bersifat komprehensif dan utuh.
Pembelajaran PKn berbasis Project Citizen ini merupakan salah satu implementasi dari metode
inkuiri sosial, seperti yang dikemukakan
Banks
(1990) dalam Wahab dan Sapriya (2005:338) bahwa metode pembelajaran menggunakan
inkuiri sosial adalah untuk menghasilkan fakta,
konsep,
generalisasi, dan teori.
Dalam
penelitian ini kompetensi pengetahuan warganegara
menyangkut konsep dari hakekat globalisasi, masalah atau isu-isu sebagai
anggota masyarakat global, hubungan antarnegara di era global serta dampaknya globalisasi
terhadap kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh peningkatan
kompetensi pengetahuan warganegara global kelas eksperimen antara pretes dan
postes dengan gain ternormalisasi (normalized gain) adalah 0,603 sedangkan kelas kontrol
sebesar 0,501 dengan kategori “sedang”
karena berada di antara nilai gain 0,3 £N gain<0,7,
baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol, namun gain ternormalisasi (normalized gain) kelas ekperimen dalam kompetensi pengetahuan warganegara
di era global ini lebih besar
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal
ini berarti bahwa terdapat peningkatan yang berarti dalam pembelajaran PKn berbasis Project Citizen terhadap pengembangan
kompetensi pengetahuan warganegara
di era global dari pretes ke postes. Peningkatan ini dapat dipengaruhi oleh
berbagai pengalaman belajar yang dilakukan siswa dalam melaksanakan setiap
tahapan pembelajaran Project Citizen
dengan mengidentifikasi masalah, memilih masalah, mencari informasi, menyusun
portofolio maupun show case.
c.
Perbedaan kompetensi watak warganegara
di era global pada siswa yang melaksanakan pembelajaran PKn berbasis Project
Citizen dengan
kelas yang tidak melaksanakan pembelajaran PKn berbasis Project Citizen.
Hasil pengujian hipotesis yang ketiga dengan nilai statistik uji Z yang kecil
yaitu -2,756 dan nilai sig.2-tailed adalah 0,006 < 0,05. maka adanya perbedaan yang positif signifikan pengembangan kompetensi watak warganegara di era global antara pembelajaran PKn berbasis project citizen dengan pembelajaran PKn
yang tidak berbasis project citizen. Ini
berarti bahwa pembelajaran PKn
berbasis project citizen memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pengembangan watak warganegara
di era global dibandingkan dengan pembelajaran PKn yang tidak menerapkan project citizen, didukung pula dengan hasil pengujian nilai rata-rata (Mean) dari 30 data kelas ekperimen dan
30 data kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata atau mean kelas eksperimen lebih
besar dibandingkan dengan kelas kontrol (36,70 > 24,30).
Diperoleh
hasil penelitian nilai peningkatan kompetensi watak warganegara
di era global kelas ekperimen antara pretes dan postes dengan gain ternormalisasi (normalized gain) adalah 0,673, sedangkan untuk kelas kontrol
sebesar 0,538 dengan kategori “sedang” baik kelas kontrol maupun kelas
eksperimen, namun gain ternormalisasi kelas eksperimen lebih besar dibandingkan
kelas kontrol.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Budimansyah
(2008:20-21) menjelaskan bahwa tujuan Project Citizen adalah untuk membantu para siswa memahami masalah-masalah kebijakan publik
yang penting di masyarakat, membantu perkembangan berbagai kecakapan warganegara
yang penting bagi warganegara demokrasi, memiliki
kesempatan untuk mengembangkan berbagai
watak warganegara dari kewarganegaraan
demokratis serta mendorong partisipasi yang bertanggung jawab dan efektif oleh
warganegara dalam demokrasi yang dijalankan. Selanjutnya Korten berpendapat bahwa Warganegara
global berperan sangat penting untuk merumuskan menerapkan agenda untuk
transformasi sosial. Di sinilah peranan jiwa kewarganegaraan global (mind of global citizen) dalam
mempertautkan dan mempersatukan rakyat di dunia ini untuk bersama-sama
melakukan transformasi sosial. Maka dalam pembelajaran Project Citizen inilah jiwa
kewarganegaraan global (mind of global
citizen) dapat dikembangkan karena kompetensi watak kewarganegaraan di
era global dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan a) Kemampuan
bekerja sama dengan yang lain dengan cara yang kooperatif dan menerima tanggung
jawab atas peran/tugasnya di dalam masyarakat, b) Menentukan sikap terhadap dampak
globalisasi, c) Kemampuan
memahami, menerima, menghargai dan dapat menerima perbedaan budaya, d) Keinginan
untuk menyelesaikan konflik dengan cara tanpa kekerasan, e) Keinginan
untuk mengubah gaya hidup dan kebiasaan konsumtifnya untuk melindungi
lingkungan. Kompetensi watak kewarganegaraan tersebut disesuaikan dengan tema
bahan kajian portofolio kelas yaitu mengenai ”Penyalahgunaan narkoba bagi
remaja”.
Pembelajaran PKn berbasis Project Citizen ini
sebagai implementasi dari konsep global
citizenship education sebagaimana diungkapkan Narmoatmodjo (2009) yang berkaitan
erat dengan proses bagaimana menyiapkan karakteristik warga muda agar memiliki
pemahaman dan komitmen terhadap nilai-nilai dari global citizenship sebagai sikap moral.
d.
Perbedaan kompetensi keterampilan warganegara di era global pada
siswa yang melaksanakan pembelajaran PKn berbasis Project
Citizen dengan
kelas yang tidak melaksanakan pembelajaran PKn berbasis Project Citizen.
Hasil pengujian hipotesis yang keempat dengan nilai statistik uji Z yang kecil
yaitu -3,521 dan nilai sig.2-tailed adalah 0,000 < 0,05, maka adanya perbedaan yang positif signifikan dalam
pengembangan kompetensi pengetahuan warganegara
di era global antara pembelajaran PKn
berbasis project citizen dengan
pembelajaran PKn yang tidak berbasis project
citizen. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran PKn berbasis
project citizen memberikan
pengaruh yang lebih baik terhadap
pengembangan kompetensi keterampilan warganegara
di era global dibandingkan dengan pembelajaran PKn yang tidak menerapkan project citizen, didukung pula dengan hasil pengujian nilai rata-rata (Mean) dari 30 data kelas ekperimen dan
30 data kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata atau mean kelas eksperimen
lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol (38,42 >22,58).
Diperoleh
hasil penelitian nilai peningkatan kompetensi keterampilan warganegara
di era global antara pretes dan postes
dengan gain ternormalisasi (normalized
gain) untuk kelas kontrol adalah
0,415, sedangkan untuk kelas eksperimen sebesar 0,516 dengan kategori “sedang” baik untuk kelas
eksperimen maupun kelas kontrol karena
berada pada di antara nilai gain 0,3 £N gain<0,7,
namun gain kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol.
Berdasarkan
hasil penelitian tersebut maka pembelajaran PKn berbasis Project Citizen ini
dapat mengembangkan keterampilan warganegara yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang
tidak berbasis Project Citizen.
Sebagaimana yang diungkapkan Sapriya dan Winataputra (2004 : 119-120) bahwa
salah satu kemampuan dasar untuk PKn itu adalah Pengembangan keterampilan
intelektual dan keterampilan partisipatif. Selanjutnya pengembangan kompetensi
keterampilan kewarganegaraan di era global yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah kemampuan memahami, menerima, menghargai dan dapat
menerima perbedaan budaya, kemampuan bekerja sama dengan yang lain dengan cara
yang kooperatif dan menerima tanggung jawab atas peran/tugasnya di dalam
masyarakat, kapasitas berpikir dengan cara yang kritis dan sistematis,
kemampuan bersikap sensitif dan melindungi hak asasi manusia, keinginan dan
kemampuan untuk ikut serta dalam politik pada tingkat lokal, nasional dan
internasional.
E.
Kesimpulan
Pembelajaran PKn berbasis Project Citizen ini
memberikan peluang yang menantang kepada siswa untuk melibatkan diri secara aktif
dalam organisasi-organisasi pemerintahan dan kemasyarakatan, mengungkap berbagai
permasalahan di sekolah maupun di masyarakat sekitar dan memperoleh sumber
intelektual yang diperlukan untuk kewarganegaraan yang demokratis dan bertanggung
jawab.
Dalam menghadapi kecenderungan global saat ini
diperlukan inovasi pembelajaran PKn yang berorientasi pada proses berpikir
kritis analitis, kreatif dan pemecahan masalah, yang diimplementasikan dalam
pembelajaran PKn yang bermakna dan
demokratis dengan memberdayakan peserta didik untuk turut berpartisipasi
secara aktif dalam memecahkan masalah kebijakan publik yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan sebagai bagian dari warga dunia, namun
dengan tetap berpegang teguh pada jati diri bangsa yang berdasarkan pada
nilai-nilai karakter dan budaya bangsa.
Hal ini berkaitan dengan fenomena dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara banyak dipengaruhi oleh perkembangan
sosial, ekonomi, politik serta budaya yang mendunia. Bahwa di dalam satu dunia
yang semakin saling berhubungan di mana persoalan-persoalan yang mempengaruhi
kehidupan orang bersifat global dan antarbudaya, sehingga konsep
kewarganegaraan menjadi lebih kompleks. Keanggotaan di dalam satu masyarakat
yang mendunia menekankan perlunya bagi warga Negara untuk memahami, menerima
dan mentolerir perbedaan-perbedaan budaya dengan kooperatif. Masalah yang
menyangkut kepentingan bersama perlu diselesaikan dengan pemikiran yang kritis
dan sistematis, serta mampu menyelesaikan konflik dengan tanpa kekerasan. Dalam
era globalisasi ini pun warga Negara perlu menjaga identitas diri dari pengaruh
gaya hidup dan kebiasaan konsumtif, memiliki sikap sensitif dan kepedulian
dalam melindungi hak-hak asasi manusia serta turut berpartisipasi dalam
kehidupan politik baik lokal, nasional maupun internasional.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian dan
pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka secara umum kesimpulan
penelitian ini adalah pembelajaran PKn
berbasis Project Citizen berpengaruh positif signifikan terhadap
pengembangan kompetensi kewarganegaraan di era global pada siswa SMP Negeri 5
Tasikmalaya.
a.
Terdapat perbedaan pengembangan
kompetensi kewarganegaraan di era global antara pembelajaran PKn berbasis project citizen dengan pembelajaran PKn
yang tidak berbasis project citizen .
b.
Terdapat perbedaan pengembangan
kompetensi pengetahuan kewarganegaraan di era global antara pembelajaran PKn berbasis project citizen dengan pembelajaran PKn
yang tidak berbasis project citizen.
c.
Terdapat perbedaan pengembangan
kompetensi watak kewarganegaraan di era global antara pembelajaran PKn berbasis project citizen dengan pembelajaran PKn
yang tidak berbasis project citizen.
d.
Terdapat perbedaan pengembangan
kompetensi keterampilan kewarganegaraan di era global antara pembelajaran PKn berbasis project citizen dengan pembelajaran PKn
yang tidak berbasis project citizen.
Refferensi
Banks, J.A & Banks,
C.A.M. (Eds). (2001). “Citizenhsip
Education and Diversity: Implication for Teacher Education”. Journal of
Teacher Education. 52, (1), 5-16.
Budimansyah, D. (2002). Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Bandung: PT Genesindo
Budimansyah, D dan Suryadi, K. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural.
Bandung: Program Studi PKn SPs UPI
Budimansyah, D, (2009), Inovasi
Pembelajaran Project Citizen. Bandung: Program Studi PKn SPS UPI Bandung.
Budimansyah, D,
(2008), Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui Praktek
Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen).
Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.1,(2),179-198
Branson, M. (1998). The Role Civic Education, A Fortcoming Education Policy Task Force position
Paper from the Communitarian Network.
Branson, M. (1999). Belajar Civic
Education dari Amerika. Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial
Creswell,
J.W. (1994). Research Design Qualitative
and Quantitative Approaches. Thousand Oaks,London, New Delhi :Sage
Publications.
Djahiri,
K. (1985). Value Clarification Technique, Bandung: Laboratorium PMPKN IKIP
Bandung
Djahiri,
K. (2002). PKn sebagai Strategi Pembelajaran Demokrasi di Sekolah. Makalah,
Jurnal Civicus, Bandung: Jurusan PMPKN FPIPS UPI
Heywood, A.
(1994). Political Ideas and Concepts: An
Introduction. New York: St. Martin’s Press.
Kerr, D. (1999) Citizenship
Education : an International Comparisson, London : Naional Foundation for
Educational Researsh - NFER
Sapriya. (2006).
“Warganegara dan Teori Kewarganegaraan”. Dalam Budimansyah, Dasim dan
Syaifullah Syam (Ed). Pendidikan Nilai
Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan: Menyambut 70 Tahun Prof. Drs.
H. A. Kosasih Djahiri. Bandung: Lab. PKn FPIPS UPI.
Sapriya,
dan Winataputra, U.S.(2004). Pendidikan
Kewarganegaraan : Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran . Bandung :
Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan PKn – FPIPS UPI
Solihatin,
E dan Raharjo. (2008). Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS.
Jakarta: Bumi Aksara.
Somantri, M.N.(2001). Menggagas
Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sugiyono.(1992). Metode Penelitian. Bandung : Alfabeta
Surakhman,
W. (1982). Metodologi Penelitian dan Pendidikan,
Yogyakarta : Adi Offset.
Suryadi, A. dan Budimansyah. D. (2004). Pendidikan Nasional Menuju Masyarakat
Indonesia Baru. Bandung: PT Genesindo.
Wahab, A.A. (1999) Budi
Pekerti Education : A Model of Teaching Code of Conduct for Good Indonesia
Citizenship. Makalah pada Conference on Civic Education for Civil Society.
Bandung 16-17 Maret 1999
Wahab, A.A. dan Sapriya (2008) Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung : UPI Press Sekolah Pasca Sarjana
UPI
Winataputra, US.
(2003) “Pendidikan Kewarganegaraan
Sebagai Wahana Sistematik Perndidikan Demokrasi: Paradigma Baru Dalam Era
Reformasi” . Makalah Seminar Nasional Jurusan PPKn FIP Universitas Negeri
Malang
Winataputra,
U.S. (2006). Konsep Dan Strategi Pendidikan
Kewarganegaraan Di Sekolah : Tinjauan Psiko-Pedagogis. Makalah disampaikan pada tanggal 8 Juni 2006-05 di Auditorium
Depdiknas, Gd A, Lt 3 Senayan,Jakarta).
Winataputra,
U.S. dan Budimansyah, D. (2007). Civic Education : Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung : Program Studi PKn Sekolah Pascasarjana UPI
Winataputra, U.S. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan
Demokrasi: Suatu Kajian Konseptual Dalam Konteks Pendidikan IPS. Disertasi
PPS UPI: tidak diterbitkan.
Winataputra, US,
(2007), Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Internasional. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.
1,(1),179-198