Opini

Meningkatkan kualitas guru dengan mengikuti berbagai kompetisi yang berkaitan dengan profesi guru, seperti Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran, Lomba Inovasi dan Kreasi Media Pembelajaran, Sayembara Buku Pengayaan, Lomba Guru Berprestasi dan lain-lain

Jumat, 18 Februari 2011

ETIKA BELAJAR DAN MENGAJAR ALA AL GHAZALI

ETIKA BELAJAR DAN MENGAJAR ALA AL GHAZALI
a.        Etika Belajar
Dalam menjelaskan keutamaan belajar Al Ghazzali (2009: 27) mempertegas dengan ayat Al Qur’an  QS. At-Taubah : 122 dan QS An-Nahl :43, juga diperjelas dengan Al Hadits. Salah satu hadis yang menjelaskan keutamaan belajar adalah , “Barangsiapa berjalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan menganugrahinya jalan ke Sorga”, Rasululloh SAW bersabda “Sesungguhnya Malaikat membentangkan sayapnya kepada para pencari ilmu sebagai tanda ridha dengan usaha orang itu”. Selanjutnya dinyatakan pula beberapa pendapat para sahabat dan ahli hikmah, diantaranya Imam Asy- Syafii pernah menyatakan, “Menuntut ilmu lebih utama daripada melakukan ibadah-ibadah sunat”.
Selanjutnya, al-Ghazali menguraikan hal-hal yang harus dipenuhi murid dalam proses belajar mengajar sebagaimana berikut:
(1) Belajar merupakan proses jiwa
(2) Belajar menuntut konsentrasi
(3) Belajar harus didasari sikap tawadhuk
(4) Belajar bertukar pendapat hendaklah telah mantap pengetahuan dasarnya
(5) Belajar harus mengetahui nilai dan tujuan ilmu pengetahuan yang dipelajari
(6) Belajar secara bertahap
(7) Belajar tujuannya adalah untuk berakhlakul karimah
 Sedangkan dalam etika belajar, Al-Ghazali (2009: 56-59) menjelaskan ada 10 hal yang harus dilakukan oleh seorang pelajar yaitu:
Pertama, membersihkan jiwa dari kejelekan akhlak, dan keburukan sifat karena ilmu itu adalah ibadahnya hati, shalat secara samar dan kedekatan batin dengan Allah.
Kedua, menyedikitkan hubungannya dengan sanak keluarga dari hal keduniawian dan menjauhi keluarga serta kampung halamannya. Hal ini menurut al-Ghazali agar seorang pelajar bisa konsentrasi dalam apa yang menjadi fokusnya.
Ketiga, tidak sombong terhadap ilmu dan pula menjauhi tindakan tidak terpuji terhadap guru. Bahkan menurut Al-Ghazali seorang pelajar haruslah menyearhkan segala urusannya pada sang guru seperti layaknya seorang pasien yang menyerahkan segala urusannya pada dokter.
Keempat, menjaga diri dari mendengarkan perselisihan yang terjadi diantara manusia, karena hal itu dapat menyebabkan kebingungan, dan kebingungan pada tahap selanjutnya dapat menyebabkan pada kemalasan.
Kelima, tidak mengambil ilmu terpuji selain mendalaminya hingga selesai dan mengetahui hakikatnya. Karena keberuntungan melakukan sesuatu itu adalah menyelami (tabahhur) dalam sesuatu yang dikerjakannya.
Keenam, janganlah mengkhususkan pada satu macam ilmu kecuali untuk tertib belajar.
Ketujuh, janga terburu-buru atau tergesa-gesa kecuali kita telah menguasai ilmu yang telah dipelajari sebelumnya. Karena sesungguhnya ilmu itu adalah sistematik, satu bagian saling terkait dengan bagian yang lainnya.
Kedelapan, harus mengetahui sebab-sebab lebih mulianya suatu disiplin ilmu dari pada yang lainnya. Seorang murid terlebih dahulu harus mengkomparasikan akan pilihan prioritas ilmu yang akan dipelajari.
Kesembilan, pelurusan tujuan pendidikan hanya karena Allah dan bukan karena harta dan lain sebagainya.
Kesepuluh,harus mengetahui mana dari suatu disiplin ilmu yang lebih penting (yu’atsar al-rafi’ al-qarib ‘ala al-ba’id)


b.        Etika Mengajar
Al Ghazzali (2009: 27-30)  menjelaskan dasar hukum dan dalil bahwa mengajarkan ilmu itu wajib dalam QS. Ali Imran : 187, “Dan ingatlah ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu) :’hendaklah kamu menerangkan isi Kitab itu kepada manusia dan janganlah kamu menyembunyikannya”. Ayat lain menjelaskan tentang larangan menyembunyikan ilmu dalam QS Al Baqarah :283, “Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, maka ia adalah orang yang berdosa hatinya”. Selanjutnya diperjelas lagi dalam beberapa hadist, diantaranya Nabi SAW bersabda “Sebaik-baik pemberian adalah kata-kata yang mengandung hikmah. Engkau mendengar lalu engkau menyimpannya baik-baik, kemudian engkau menyampaikan kepada saudaramu sesame Muslim, engkau mengajarinya. Amalan itu setara dengan ibadah setahun”. Perkataan sahabat dan ahli hikmah mengenai keutamaan ilmu diantaranya dari Ibnu Abbas Ra, “Orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang banyak, niscaya semua makhluk  akan memintakan ampunan baginya, bahkan ikan di lautan”.
Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru profesional, Al-Ghazali menyebutkan beberapa hal sebagai berikut:
(1) Guru adalah orang tua kedua bagi murid
(2) Guru adalah pewaris ilmu nabi
(3) Guru adalah penunjuk jalan dan pembimbing keagamaan murid
(4) Guru adalah sentral figur bagi murid
(5) Guru adalah motivator bagi murid
(6) Guru adalah seseorang yang memahami tingkat perkembangan intelektual murid
(7) Guru sebagai teladan bagi murid

            Al Ghazzali (2009:59-62) menjelaskan tentang kewajiban dan etika yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu :
Pertama, memperlakukan para murid dengan kasih sayang seperti anaknya sendiri.
Kedua, mengikuti teladan Rasul, tidak mengharap upah, balasan ataupun ucapan terima kasih (ikhlas).
Ketiga, jangan lupa menasehati murid tentang hal-hal yang baik.
Keempat, jangan lupa menasehati murid dan mencegahnya dari akhlak tercela, tidak secara terang-terangan tapi hendaknya gunakan sindiran. Jangan lupa untuk mengerjakannya terlebih dahulu karena pendidikan dengan sikap dan perbuatan jauh lebih efektif daripada perkataan
Kelima, jangan menghina disiplin ilmu lain.
Keenam, terangkanlah dengan kadar kemampuan akal murid hingga batas kemampuan pemahaman mereka
Ketujuh, hendaknya seorang guru harus mengajar muridnya yang pemula dengan pelajaran yang simpel dan mudah dipahami, karena jika pelajarannya terlalu muluk-muluk maka hal tersebut akan membuat murid merasa minder dan tidak percaya diri.
Kedelapan, seorang guru harus menjadi orang yang mengamalkan ilmunya.

1 komentar:

  1. assalamualaiku...

    alhamdulillah ana suka sama al-ghazali mengenai pemikirannya.

    dan kebetulan judul skripsi ana "ETIKA BELAJAR DAN MENGAJAR ALA AL GHAZALI"
    syukron

    BalasHapus